NewsSidak.id – Konflik mematikan antara Israel dan Hamas di Gaza telah menyebabkan kematian lebih dari 25.000 orang, menurut laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza. Konflik yang dimulai pada 7 Oktober tahun lalu telah menimbulkan kerusakan besar dan mengakibatkan pengungsian massal penduduk di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tetap menolak segala kesepakatan dengan Hamas yang akan mengakhiri perang, meskipun mendapat tekanan dari para politisi di Israel sendiri. Serangan Israel di Gaza telah menewaskan 178 warga Palestina dan melukai 293 orang dalam waktu 24 jam, dengan serangan yang semakin dekat dengan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, salah satu fasilitas vital di wilayah tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengutuk tindakan Israel yang menyebabkan “kematian yang memilukan” bagi warga sipil Palestina di Gaza. Guterres menyatakan bahwa tindakan militer Israel telah menyebarkan kehancuran massal dan menewaskan warga sipil dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal.
Pihak Hamas, dalam pernyataan resminya, menyerukan agar Israel segera menghentikan “agresinya” di Gaza. Dalam sebuah dokumen setebal 16 halaman yang dikeluarkan dalam bahasa Inggris dan Arab, Hamas menegaskan bahwa hanya rakyat Palestina yang berhak menentukan masa depan wilayah Gaza.
Situasi di Gaza semakin genting, dengan laporan bahwa warga di pengungsian, khususnya di Rafah, kekurangan makanan dan air. Lebih dari 85% penduduk Gaza terpaksa mencari perlindungan di tempat-tempat pengungsian yang dijalankan oleh PBB, dan terdapat laporan bahwa sekitar seperempat dari populasi 2,3 juta orang di Gaza menghadapi kelaparan.
Di sisi lain, konflik ini juga menimbulkan perdebatan internasional. Inggris, melalui Menteri Pertahanannya, Grant Shapps, menyatakan kekecewaannya terhadap Benjamin Netanyahu yang menolak solusi dua negara bagi Palestina dan Israel. Pernyataan ini mencerminkan ketegangan yang meningkat di panggung internasional terkait penanganan konflik ini.