Tasikmalaya Jabar, Newssidak.id_Peringatan hari kemerdekaan RI selain dilakukan di institusi pemerintah juga berbagai komunitas biasanya ada yang melakukan dengan berbagai versi dan cara.
Dalam kesempatan kali ini Irjen Pol(Purn)Anton Charliyan yang kini lebih dikenal sebagai Abah Anton,secara rutin mengirim juga tim khusus untuk upacara diatas puncak gunung, namun lokasi gunung yang dipilih tiap tahun tetap Galunggung Tasikmalaya.
Hal tersebut dikarenakan alasan yang sama,yang dilakukan khusus para BBC komunitas budaya,petani,akademisi, santri , LSM dan Ormas.
Selama ini, mengacu pada naskah kuno Galuh sekira tahun 1518 M yang berisi : “Jaga Kabuyutan Galunggung jangan sampai dikuasai asing,bila Raja Putra tidak mampu menjaganya,maka akan lebih hina dari bangkai kulit lasung(musang)yang ada di tempat sampah”.
Hal ini menurut Anton yang juga mantan Kapolda Jabar didukung berbagai pendapat para ahli,antara lain Prof Agus Aris Munandar, Prof Titik Puji Astuti, Dr Undang Darsa dan Dr Elis Suryani,merupakan salah satu konsep cinta tanah air,cinta tumpah darah dan cinta tanah leluhur yang nyata-nyata telah tersurat dalam sebuah naskah.
Dalam naskah tersebut menyatakan harus menjaga,melindungi dan mempertahankan sampai titik darah penghabisan sebuah wilayah teritori yang dinamakan Kabuyutan Galunggung.
“Dimana dari ratusan gunung dan ribuan wilayah yang ada ditatar Galuh Sunda( yang saat itu berdiri sebagai sebuah negara yang berdaulat) hanya gunung Galunggubg saja yang harus dijaga dan dilindungi,bukan gunung yang lain,” ungkap Abah Anton, Sabtu(17/8/2024).
Adapun yang membuat amanat tersebut, terang Anton,adalah Maharaja Sunda Galuh Prabu Darmasiksa(1175 M)yang pusat kekuasaannya saat itu ada di Pakuan Bogor bukan di wilayah Galunggung.
“Naskah tersebut kini lebih dikenal sebagai naskah kuno amanat Galunggung,”tambahnya.
Karena alasan tersebutlah,lanjut Anton, maka komunitas-komunitas di Tatar Sunda yang dimotori para budayawan, sesepuh dan ulama tarekat secara khusus dan rutin melaksanakan upacara mandiri untuk peringatan 17 Agustus, disepakati(sejak tahun 2017 ) dilaksanakan di wilayah gunung Galunggung.
“Ini sebagai satu penghormatan adanya konsepsi yang jelas dan nyata tentang cinta tanah air(menjaga Teritori) di nusantara,”timpalnya.
Demikian juga dengan oelaksanaan tim expedisi Galunggung untuk melaksanakan upacara khusus di titik inti Galunggung yakni Kabuyutan Puncak Kawah Purba Galunggung(diketinggian sekira 2300 meter dibawa permukaan laut)yang berada jauh diatas jawah hijau yang sekarang ada.
Hal inipun tersurat dalam Babad Sukapura Galuh yang berbunyi : Eyang kuncung Putih (yang dianggap sebagai sesepuh utama Galunggung )NU calik di Kawah Purba.
Inilah yang mereferensi tim untuk melaksanakan upacara di kawah Purba,sehingga keberangkatan tim tersebut boleh dianggap merupakan tugas suci yang harus diemban sebagai perwakilan masyarakat Sunda Galuh,yang faham akan adat,tradisi dan amanat para leluhur, yang betul-betul ada naskah dan referensinya, bukan hanya katanya saja.
Maka di tahun 2024 kali ini pada peringatan kemerdekaan ke-79, yang berangkat ada 7 orang yaitu Ketua Tim Hadi Permana,para anggota Dadang Ruslian,Apon Sumuati,Rifai Nasution, Ili Sumantri,Andi Setiawan,Edih Abdul Rahman dan RT Suryana.
“Alhamdulilah mereka telah berhasil mengibarkan bendera merah putih tepat pada tanggal 17 Agustus hari Sabtu jam 10.00 WIB,” ucap Abah Anton.
Disamping melaksanakan upacara,tim expedisi juga memperbaiki monumen Kabuyutan Kawah Purba yang rusak, jarena dirusak pendaki lain yang pernah sampai di puncak tersebut.
Abah Anton meminta, para pndaki pecinta alam yang kebetulan mendaki ke sana, untuk bersama-sama ikut memelihara, menjaga dan tidak merusak Monument Kawah Purba Galunggung yang sudah dibuat oleh tim expedisi Galunggung(Gasantana,Lintas Budaya Nusantara,Forum Sunda Sabuana dan Batu Ampar Galunggung).
( Epul)